Ketua Umum APHI Soewarso (dua kanan) bersama Kepala Sekretariat Interim ITPC Agus Justianto (dua kiri) menunjukkan naskah kerjasama usai penandatanganan, di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan, Jakarta, Jumat (31/10/2025). ANTARA/HO-APHI.

Merdeka.com – APHI dan ITPC perkuat kerja sama dalam pengelolaan gambut tropis berkelanjutan di kawasan hutan untuk mitigasi perubahan iklim, menjembatani sains dan bisnis demi aksi nyata.

Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan International Tropical Peatlands Center (ITPC) telah resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Jakarta. Kerja sama ini bertujuan memperkuat pengelolaan berkelanjutan lahan gambut tropis di kawasan hutan. Penandatanganan dilakukan pada Sabtu, 1 November, sebagai langkah konkret dalam upaya mitigasi perubahan iklim global.

Inisiatif ini menjadi pilar penting dalam mencapai target Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030 Indonesia. Kedua pihak berkomitmen meningkatkan pertukaran pengetahuan serta kapasitas untuk sektor publik, swasta, dan masyarakat lokal. Ini merupakan upaya kolektif dalam tata kelola gambut yang lebih baik dan terintegrasi.

Soewarso, Ketua Umum APHI, menyatakan bahwa MoU ini memperkuat komitmen terhadap pengelolaan gambut tropis yang berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya menjembatani dunia sains dan bisnis. Tujuannya adalah mengubah hasil riset menjadi aksi nyata demi mendukung tujuan iklim global.

Sinergi Sains dan Bisnis untuk Iklim Global

Kemitraan antara APHI dan ITPC ini menandai langkah maju dalam upaya konservasi lingkungan di Indonesia. Kolaborasi ini secara spesifik berfokus pada lahan gambut tropis yang memiliki peran krusial. Lahan gambut merupakan penyimpan karbon alami yang sangat efektif, sehingga pengelolaan yang tepat akan sangat membantu mitigasi perubahan iklim.

Soewarso menegaskan bahwa APHI akan mengikutsertakan perusahaan anggotanya dalam praktik restorasi dan konservasi gambut. Ini termasuk pengembangan model bisnis berkelanjutan yang sejalan dengan mekanisme pasar karbon global. “Nota kesepahaman ini memperkuat komitmen bersama terhadap pengelolaan lahan gambut tropis di kawasan hutan yang berkelanjutan,” ujarnya. Kemitraan ini diharapkan menciptakan dampak positif yang signifikan bagi ekosistem dan ekonomi.

Komitmen APHI juga mencakup perannya sebagai mitra strategis pemerintah dan komunitas global dalam memperkuat sektor swasta. Tujuannya adalah mendorong tata kelola hutan dan lahan yang berkelanjutan serta berdaya saing di kancah internasional. Pengelolaan gambut yang baik akan meningkatkan nilai ekonomi dan ekologi secara bersamaan.

Peran ITPC dalam Dukungan Riset dan Teknis

Dari sisi ITPC, Kepala Sekretariat Interim Agus Justianto menyatakan bahwa kerja sama ini adalah sinergi antara sains dan sektor swasta. Tujuan utamanya adalah melindungi dan memulihkan lahan gambut tropis di kawasan hutan. “Dengan berbagi pengetahuan dan membangun kapasitas bersama, kami ingin mengubah riset menjadi hasil nyata bagi iklim, keanekaragaman hayati, dan masyarakat,” kata Agus. Ini menunjukkan fokus pada implementasi praktis dari hasil penelitian.

ITPC akan menyediakan dukungan riset dan teknis yang diperlukan untuk keberhasilan program pengelolaan gambut ini. Dukungan ini sangat penting untuk memastikan praktik pengelolaan berbasis ilmiah yang akurat. Sementara itu, APHI akan memfasilitasi akses lapangan bagi para peneliti dan praktisi. Ini akan memungkinkan penerapan praktik pengelolaan hutan dan lahan gambut berkelanjutan di wilayah konsesi anggotanya.

Kemitraan ini mencerminkan semangat aksi kolektif untuk bumi kita, sebagaimana ditekankan oleh Agus Justianto. Fokus pada pertukaran pengetahuan dan peningkatan kapasitas diharapkan menghasilkan solusi inovatif. Solusi ini akan berkontribusi pada perlindungan ekosistem gambut tropis yang rentan. Upaya bersama ini diharapkan membawa perubahan positif yang berkelanjutan bagi lingkungan global.