Gulma tersedia secara melimpah dan tumbuh di lahan gambut,tetapi sayangnya belum dimanfaatkan secara luas. Gulma tersebut secara prospektif potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku bio-briket. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas bio-briket yang berasal dari 10 jenis gulma lahan gambut. Awalnya, setiap jenis gulma dikarbonasi menjadi serbuk arang. Serbuk arang tersebut kemudian dicampur dengan serbuk gergaji pada perbandingan 1:1, dan diaduk secara menyeluruh untuk mendapatkan campuran yang homogen. Selanjutnya campuran tersebut ditambah dengan bahan perekat dari tepung kanji. Bahan perekat tersebut sebelumnya disiapkan dengan memanaskan 5 g tepung kanji ke dalam 75 ml air. Setelah ditambahkan perekat, campuran homogen tersebut kemudian dipres untuk menjadi bio-briket, dan selanjutnya dioven pada suhu 60°C selama 24 jam atau dikeringkan di bawah panas matahari selama 2 hari. Parameter yang diuji meliputi nilai kalor, karbon terikat, kadar abu dan sulfur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma purun tikus (Elecharis ochrostachys Steud.) merupakan jenis yang menghasilkan bio-briket terbaik karena lebih unggul dari jenis lain pada parameter yang diuji secara keseluruhan yaitu nilai kalor (4.647,9 kal/g), karbon terikat (25,63%), kadar air (5,48%), kadar abu (8,78%) dan sulfur (0,55%).
Download:
file
- Authors: Susanti, P.D., Wahyuningtyas, R.S., Ardhana, A.
- Author Affiliation: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia
- Subjects: weeds, fuel crops, bioenergy, peat, swamps, briquettes
- Publication type: Journal Article
- Source: Jurnal Penelitian Hasil Hutan 33(1): 35-46
- Year: 2015
- DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.2015.33.1.35-46